Perubahan
iklim merupakan ancaman sangat serius terhadap seluruh keanekaragaman di bumi.
Berbagai studi pemantauan dampak perubahan iklim terhadap kelangsungan hidup
berbagai spesies (burung, mamalia laut,orang utan) sehingga pola serta
prakiraan kepunahan yang semakin jelas & mengkhawatirkan. Perubahan iklim
berskala menengah (“mid-range”:
peningkatan suhu secara global antara 1.8-2.0 ° C sehingga meningkatkan laju kepunahan.
Dampak
perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati, khususnya terhadap pola sebaran
dan kelimpahan satwa burung sedunia. Burung bermanfaat sebagai indikator yang
memadai mengenai adanya perubahan lingkungan dan perubahan iklim yang
menimbulkan kekuatan rangkaian pergerakan yang berdampak terhadap ekosistem di
seluruh dunia. Semakin banyak bukti yang ditemukan tentang dampak negatif
terhadap satwa burung (perilaku, berkembang biak, kemampuan bertahan hidup).
Pemantauan
Bolger dkk, 2005 terhadap satwa burung setempat di California memberikan ilustrasi
adanya kerusakan yang hebat akibat pengaruh iklim yang ekstrim. Di kawasan
kering California telah terjadi musim kering yang ekstrim pada tahun 2002
sehingga menurunkan keberhasilan
perkembang biakan burung-burung hingga 97%. Perubahan iklim juga berdampak pada
mamalia laut (ex paus dan lumba-lumba).
Berdasarkan
pemantauan biota laut oleh WWF yang dilaksanakan oleh Elliot dan Simmonds, 2007
telah dianalisis dan diperkirakan sejumlah dampak. Dampak secara langsung
ditimbulkan oleh perubahan temperatur yang mendorong perubahan pola distribusi.
Beberapa jenis mamalia laut berpindah menuju habitat optimal yang tersisa. Dampak secara tidak langsung yaitu
meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kontaminan serta perubahan
ketersediaan dan kelimpahan sumber pakan.
Perubahan
iklim diduga memberikan dampak pola migrasi beberapa jenis mamalia laut.
Jenis-jenis paus tertentu memang memerlukan habitat khusus untuk melakukan
pencarian pakan. Pada gilirannya pola migrasi dapat mempengaruhi penyebaran
virus dan introduksi kuman penyakit, padahal kelompok mamalia laut belum tentu
memiliki kekebalan tubuh untuk menghadapi kondisi tersebut.
Perubahan
iklim juga memainkan peran penting terhadap hilangnya orang utan Kalimantan dan
di masa mendatang dapat meningkatkan keterancaman spesies ini. Kekeringan yang
luas yang terjadi di Kalimantan pada tahun 1997/1998 sebagai akibat adanya El
Nino telah menyebabkan terjadinya kebakaran hutan terbesar yang pernah ada.
Acuan penting adalah pemantauan jangka panjang yang sempat dibukukan oleh
Rijksen dan Meijaard, 1999, berjudul “Our
Vanishing Relative : The status of wild Orang Utans at close of twentieth
century.”
Data
yang dipublikasikan menunjukkan sekiatar 33% populsi orangutan Kalimantan telah
hilang selama kebakaran hutan periode tahun 1990an. Perubahan iklim juga
diprakirakan akan memberikan dampak terhadap orang utan secara tidak langsung
misalnya terhadap ketersediaan sumber dan kelimpahan pakan karena
terpengaruhnya sistim perbungaan dan perbuahan pohon yang menjadi sumber
pakannya. Penelitian Wulffraat, Tatenkeng dan Salodari dari WWF indonesia, yg
dipublikasikan tahun 2006 menunjukkan bahwa pola pembuahan pohon hutan telah
berubah. Musim kemarau yang luar biasa kering dan panjang yang terjadi pada
tahun 1997/1998 mengakibatkan produksi buah hutan sangat tinggi di Kalimantan
Timur. Namun, setelah periode berbuah intensif ini selesai, beberapa tahun
produksi buah di hutan turun dibawah tingkat normal sehingga ketersediaan pakan
bagi sejumlah jenis satwa menjadi berkurang .